SUSU KEDELAI VS MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

MARAKNYA berbagi jenis makanan cepat saji (fast food) yang banyak mengandung protein hewani diketahui sebagai salah satu pemicu timbulnya gangguan metabolisme yang selanjutnya berdampak pada munculnya kasus penyakit pengerasan arteri, jantung koroner, kolesterol tinggi, dan sebagainya. Setelah melalui proses disintegrasi, protein dalam daging akan menimbulkan gas ammonia dan dapat menimbulkan racun carbolic acid (phenol). Jika racun tersebut tidak dikeluarkan, dapat membahayakan kesehatan tubuh. Berkenaan dengan hal ini, kedelai menjadi salah satu bahan makanan yang dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai sumber protein nabati.

Kedelai merupakan jenis polong yang memiliki komposisi gizi setara dengan daging, bahkan memiliki sejumlah kelebihan lainnya yang menjadikan kedelai efektif mengatasi penyakit akibat pola makan yang salah. Di Negara-negara Asia, Eropa dan Amerika – kedelai yang telah diolah menjadi susu sangat popular sebagai sumber protein yang dapat membantu memperaktif fungsi lactic acid bacillus sehingga membantu meningkatkan proses detoksifikasi, melancarkan pencernaan, mengoptimalkan penyerapan nutrisi, dan menekan bakteri aneurinase yang diketahui sebagai perusak vitamin B1,B2,B6, dan B12.

Disamping itu, kedelai mengandung sejumlah vitamin yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan kecantikan, contohnya vitamin B2. Jika tubuh kekurangan vitamin B2, metabolisme menjadi tidak lancer sehingga tampak melalui kulit yang kering dan tidak bersinar. Selain itu, kekurangan vitamin B2 mengakibatkan fungsi-fungsi organ tubuh menurun sehingga menimbulkan rasa lelah, bibir pecah-pecah, penuaan dini dan sebagainya. Yang tidak kalah penting, vitamin B2 berfungsi menekan penyerapan lemak.

Dengan demikian kehadiran buku ‘Penyembuhan dengan Kedelai – Glycine max (L) Merr.’ Yang dimaksudkan sebagai bentuk sosialisasi kacang kedelai ini akan sangat bermanfaat karena memandang kedelai sebagai makanan menyehatkan yang kaya akan gizi dan berkhasiat mencegah dan mengatasi penyakit.

Sumber: Pendahuluan Buku ‘Penyembuhan dengan Kedelai’, Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma.