Susu Beras Merah untuk Anak Autis Bikinan Mahasiswa Unesa, Omzet Rata-Rata 40 Gelas Per Hari
Pengalaman berkutat dengan anak-anak autis mengilhami empat mahasiswa Unesa untuk memproduksi susu bagi mereka. Berbahan beras merah organik bebas casein. Sebab, pengamatan mereka selama ini, umumnya anak autis gagal menjalani diet CFGF.
SITI AISYAH
---
PUKUL 03.00 Elfira Agustin sudah harus bangun. Menggodok beras merah, mengaduknya sampai lembut. Proses tersebut tak bisa ditinggal untuk mengecek kelembutannya. Dua jam kemudian, seluruh proses pembuatan susu rampung dan siap dipasarkan.
Pukul 07.00, dia harus berangkat kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa Unesa (Universitas Negeri Surabaya). ''Kadang capek sih nerusin kegiatan ini. Tapi, mungkin saja nanti kalau lulus pesanan banyak, kan bisa jadi lahan mencari uang,'' kata gadis berkacamata itu lalu tersenyum.
Memang, Elfira tak harus bangun pagi buta tiap hari. Dia bisa bergantian dengan tiga rekannya sejurusan, Pratiwi N.A., Nur Ahmad, dan Fitri Apriliani.
Susu yang sudah jadi dikemas dalam gelas plastik. Mirip teh kemasan gelas yang biasa dijual di mal-mal. Apalagi, warnanya cokelat. ''Mereknya Realti Milk. Kami belum menemukan kemasan yang pas, jadi orang sering menyangka ini Pop Ice,'' kata Elfira. Realti Milk adalah singkatan dari red rice healthy milk, susu beras merah yang sehat.
Empat mahasiswa semester tujuh itu tiap hari berkutat dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satunya, anak autis. Karena itu, mereka tahu, banyak anak autis yang gagal menjalani diet CFGF (casein free glutein free).
Anak-anak autis memang tidak boleh minum atau mengonsumsi makanan yang mengandung casein. Yaitu, segala olahan makanan dan minuman berbahan susu sapi. Sedangkan glutein adalah kandungan yang terdapat dalam tepung terigu.
''Biasanya orang tua yang punya anak autis tetap memberikan susu (mengandung casein) kepada anaknya. Padahal, itu tidak bagus, bisa meningkatkan hiperaktivitas si anak,'' terangnya.
Keprihatinan tersebut mengilhami mereka untuk menyediakan susu sehat bebas casein bagi anak-anak itu. Semula, empat mahasiswa tersebut bermaksud membuat bentuk lain dari susu kedelai. Namun, susu kedelai sudah banyak di pasaran. Apalagi, kandungan gizi dalam kedelai tidak begitu banyak.
Akhirnya, keempatnya memilih beras merah. Mereka lalu membuat proposal. ''Proposal penelitian itu kami daftarkan ke PKM (Program Kreativitas Mahasiswa),'' jelas mahasiswa berjilbab itu.
Proposal disetujui. April lalu, mereka mendapatkan dana hibah Rp 6 juta untuk penelitian dari Dirjen Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) Depdiknas. Pada awal-awal penelitian, mereka langsung menggodok beras merah dan diblender untuk diambil sarinya. ''Jadinya, mblotrok kayak bubur, tidak bisa diambil sarinya,'' jelas putri pasangan Abdul Majid dan Lilis Kusmiati itu.
Setelah berkali-kali mencoba, mereka akhirnya menemukan cara mengolah beras agar tidak mblotrok. Beras disangrai lebih dulu, baru digodok. Saat menanak, beras merah tersebut ditambah pandan agar wangi. Setelah itu, beras dijus, diambil sarinya, dan dicampur gula. ''Prosesnya tidak mudah. Beras harus digodok sampai jangka waktu tertentu. Jika tidak, bisa gagal,'' katanya.
Elfira dkk sangat mengutamakan kebersihan. Apalagi untuk anak autis yang pencernaannya sangat sensitif. Seluruh peralatan harus benar-benar bersih. Sebelum memproses, seluruh peralatan disterilkan dengan direndam di air panas.
Bahan susu harus pilihan. Bukan beras merah biasa. Melainkan beras merah organik. Gulanya fruktosa, berasal dari buah-buahan yang harus impor dari luar negeri.
Jika memakai beras merah biasa, kata Elfira, sangat mungkin anak autis yang mengonsumsi susu itu malah sakit. Sebab, beras merah biasa mengandung pestisida. Begitu juga gulanya. Menurut penelitian, gula biasa atau gula sukrosa bisa bersifat racun bagi anak autis. Sifatnya seperti nikotin yang meracuni otak, sehingga mereka semakin hiperaktif dan gampang marah.
''Partikel sukrosa itu lebih besar dan tidak bisa dicerna oleh usus anak autis karena di dalamnya ada jamur candida dan bakteri tertentu,'' jelas Elfira. ''Nah, partikel yang tidak bisa dicerna tersebut ikut dalam darah dan masuk ke otak yang mengakibatkan anak makin hiper itu tadi,'' lanjut dia.
Saat kali pertama menguji coba susu itu pada anak autis, eh... dia langsung muntah. Tentu saja mereka bingung. Bahkan, sempat terpikir bahwa produk mereka telah gagal. Setelah diselidiki, ternyata penyebabnya adalah saat proses penyaringan. Hasil saringan kurang bagus, masih ada bulir-bulir kecil dalam susu tersebut.
''Rahang dan lidah anak autis sangat sensitif, sehingga bulir kecil saja langsung terasa,'' tegas Elfira. Setelah disaring berulang-ulang dan dicobakan pada anak yang sama, ternyata aman. Bahkan anak tersebut doyan.
Dalam penelitian, Elfira dan teman-temannya menggandeng seorang dokter. Dokter tersebut juga menjelaskan bahwa susu buatan mereka aman dan bisa dikonsumsi. Untuk anak autis maupun bukan. Hanya, susu itu cuma bertahan 1 x 24 jam. Karena dibuat untuk anak autis, tidak boleh ada obat pengawet.
Susu buatan Elfira dan teman-temannya itu kini sudah dipasarkan. Empat mahasiswa tersebut punya tugas sendiri-sendiri. Ada yang promosi, memproduksi susu, dan ada yang memasarkan. Sementara ini, mereka hanya melayani pesanan.
Omzetnya sekitar 40 gelas per hari. Per gelas dihargai Rp 7.500. Salah satu pelanggan tetapnya adalah Sekolah Kebutuhan Khusus Bangun Bangsa Surabaya. Per hari mereka memesan 25 gelas. ''Bahan-bahannya mahal. Jadi, kami tidak bisa menurunkan harganya,'' kata Elfira.
Setiap hari mereka memasak 2 kg beras merah hanya untuk diambil sarinya. Sedangkan ampasnya? ''Kami bikin bubur,'' ujarnya. Bubur sebaskom besar itu dibagi empat orang, dibawa ke tempat kos masing-masing. ''Jadi, kami tiap pagi sarapan bubur dari ampas beras merah itu, hehehe...gak apa-apa lah, kan masih ada gizinya,'' ungkap gadis asal Lamongan tersebut.
Kini, dia berusaha melobi salah satu pabrik susu untuk diajak kerja sama. Salah satunya untuk pengemasan agar tidak mirip kemasan teh atau minuman lain. Sayang, beberapa tawaran yang masuk meminta agar produksinya minimal seribu kemasan. ''Kami tidak sanggup, kan pesanannya masih sedikit,'' katanya.
Kalau toh banyak pesanan, mereka juga ragu bisa menerima. Sangat mungkin mereka bakal kewalahan karena masih kuliah. Jika merekrut orang lain, mereka khawatir kebersihan produk tidak terjaga lagi. ''Tapi, kami masih terus mencoba melobi agar bisa dibuatkan kemasan,'' harapnya.
Yang jelas, suatu hari nanti, mereka mematenkan produknya. Sementara ini mereka cukup puas dengan hasil yang dicapai. Elfira hanya berharap tidak ada orang yang menembak produknya, apalagi tidak menjalankan sesuai prosedur. ''Kalau bisa dipatenkan dan ada yang bisa diajak kerja sama, kami tentu sangat senang,'' ujarnya.
Selain itu, mereka mencari ide pemanfaatan bubur ampas susu tersebut. Selama belum menemukan, terpaksa dikonsumsi sendiri. Nyam... nyam... (*/cfu)
Sumber: Jawa Pos [ Kamis, 22 Oktober 2009 ]
INFO BERKAITAN DIBAWAH INI:
Susu Kedelai Cepat Saji Buatan Suharsi, Rasa Lezat Omset Melesat Menggunakan Mesin Otomatis Susu Kedelai
BERITA *
Manfaatkan Kesempatan promo sebelum harga Naik. Harga mesin Kinichi Rp. 1.530.000,-
Stok merk KINICHI sedang kosong yang ada merk CAINA yang bisa untuk bikin susu kedelai/sari kedelai dan bubur, harga lebih murah untuk lihat gambarnya KLIK disini. Detail produk & harga silahkan sms nama & lokasi anda ke 08175113313 / email, nanti akan dikirim file panduan mesin lebih lengkap.Terima kasih
Taufik Hidayanto08175113313
thidayanto {at} gmail {dot} com
Kamis, 22 Oktober 2009
Susu Beras Merah Untuk Anak Autis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar